Selasa, 12 Maret 2013

memilih - dipilih

Siang ini, di tengah pekerjaan yang mendadak menumpuk karena terdapat misi khusus untuk menyelamatkan uang negara (abaikan), tiba-tiba terbesit di kepala saya yang sudah mulai suntuk ini, untuk membahas sesuatu yang cukup menarik. Mengenai hak perempuan. Melenceng jauh memang dengan pekerjaan yang sedang saya lakukan. Tapi tenang saja, sifat multitasking saya berfungsi dengan baik sekali apabila keadaan hati saya sedang tidak terganggu.

Saya, perempuan, tidak remaja lagi memang, namun juga masih jauh sekali dari kata tua.  Sebagai perempuan yang belum menikah, saya terkadang berpikir mengenai konsep “memilih” dan “dipilih” yang tentu saja posisi “memilih” ada pada si pria, sedangkan “dipilih” ada pada si wanita. Lebih lanjut lagi ada yang mengatakan kalau pria menang “milih” dan wanita menang “nolak”.
Menarik!
Karena jujur saja saya yang berdarah Dayak ini memang gengsian jadi kecil kemungkinan saya untuk maju duluan, tapi percayalah, kalau ada yang bisa membuat saya bersikap manis, berarti lampu hijau sudah sudah dinyalakan, ehm… #kode.
Baiklah. Saya belum dapat menemukan darimana doktrin itu timbul tapi yang pasti berdasarkan referensi film-film asing terutama di Jepang dan Korea yang saya tonton, doktrin itu mutlak tidak berlaku di negara mereka. Para gadis disana berhak menentukan pilihan, dapat menyatakan perasaannya duluan, dan tidak perlu menyanyikan lagu “Vierra” yang berjudul “Terlalu Lama” sebagai strategi “menembak” secara tidak langsung. Lantas bagaimana berdasarkan Islam? Apakah memang perempuan tidak berhak untuk menyatakan duluan ketertarikannya terhadap seorang lelaki pujaan hatinya?

Entah darimana datangnya tiba-tiba saya tertarik untuk membaca kisah bagaimana Nabi Muhammad dapat menikah dengan Siti Khadijah. Mungkin banyak yang melewatkan bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Ok, saya agak sedikit mendongeng .
Siti Khadijah merupakan wanita yang kaya raya dan sepeninggal suami keduanya Siti Khadijah menjadi incaran para pemuka Quraisy. Namun, semuanya ia tolak, sebab yang mereka kehendaki hanya kekayaannya bukan dirinya. Setelah mengenal Nabi Muhammad, Ia merasa telah menemukan kepribadian mulia yang tidak mudah tergiur oleh harta maupun kecantikannya. Setelah itu dia menceritakan kepada sahabat karibnya Nafisah binti Munabbih mengenai keinginannya untuk menikah dengan Muhammad, karena hatinya telah yakin. “Nafisah, lakukan apa yang kamu mampu, agar aku bisa menikah dengan Muhammad,” kata Khadijah kemudian. Setelah itu Nafisah pergi menemui Nabi Muhammad. Setelah beliau mengetahui bahwa yang mengutarakan keinginannya untuk menikah dengannya adalah Siti Khadijah seorang wanita yang mulia dan luhur budi pekertinya, Nabi Muhammad-pun mengatakan bersedia untuk menikah dengan Siti Khadijah. Nafisah segera memberitahu kabar gembira itu kepada Siti Khadijah yang kemudian langsung meminta Nabi Muhammad untuk menyampaikan kepada paman-pamannya agar mau melamarnya.
Kisah lain adalah kisah cinta Putri Syu’aib dengan Nabi Musa. Dimana putri Syu’aib tersebut meminta ayahnya untuk menjadikan Nabi Musa menantunya. Kisah cinta dan asmara putri Syu’aib dengan Nabi Musa ini terabadikan dalam Al-Qur’an, surat Al-Qashash ayat 23-27.

See? Bisa kalian lihat bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan gender mengenai siapa yang dapat menyatakan ketertarikannya terlebih dahulu, walaupun saya juga memahami kalau hal tersebut bukanlah menjadi kebiasaan di Negeri kita ini (jujur saja, termasuk saya) hahahaa… Kita mungkin tidak perlu mengutarakannya secara langsung, tetapi melalui perantara, entah keluarga atau sahabat terdekat kita.
And girls, menyatakan ketertarikan bukan berarti anda harus mengemis cinta. Hei, anda perempuan, dimana kesuksesan seorang laki-laki juga berada di tangan kalian, jangan pernah menurunkan harga diri kalian hanya untuk mengemis cinta, karena seseorang yang tepat untuk anda bukanlah seseorang yang membuat anda menangis untuk mendapatkan cintanya. Ini hanya salah satu opsi untuk menjemput jodoh kalian, kalau pada saat berkenalan pria itu sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan pada anda. Lupakan! Yakinlah, cinta yang sesungguhnya baru akan datang setelah kalian benar-benar bertemu dengan jodoh kalian. (Weittss… sepertinya omongan saya semakin berat!)


 

I don't know, why I put it here... :D
Perlu diingat, sebelum kalian menyatakan ketertarikan kalian dengan seorang laki-laki, sebaiknya kalian memperhatikan kriteria pendamping hidup kalian (jika ingin segera menikah tentunya). Karena yang sekedar memilih pacar, tentu berbeda halnya dengan memilih pendamping hidup.  Buat apa kalian buang-buang energi dengan seseorang yang tidak pantas untuk kalian? Well, saya tidak akan membahas kriteria mengenai kekasih sejati atau pendamping hidup yang ideal tersebut dalam postingan saya kali ini, karena saya yakin sebelumnya sudah banyak yang membahas hal tersebut. Better you try to find it in Mr. Google! Kalian akan menemukan berbagai referensi mengenai itu.
Tapi kata-kata berikut ini menurut saya cukup untuk menggambarkan seperti apa kekasih sejati itu:
“Kekasih sejatimu adalah orang yang cemburu jika kamu berbuat salah,
Berbicara lantang mana kala anda berlaku tidak baik,
Bergembira jika anda melakukan setiap amal utama,
Bersedih jika anda mengurangi dan tak lagi melakukannya.” (Abu Utsman at-Tajibi)