Siang ini, di tengah pekerjaan yang
mendadak menumpuk karena terdapat misi khusus untuk menyelamatkan uang
negara (abaikan), tiba-tiba terbesit di kepala saya yang sudah mulai
suntuk ini, untuk membahas sesuatu yang cukup menarik. Mengenai hak
perempuan. Melenceng jauh memang dengan pekerjaan yang sedang saya
lakukan. Tapi tenang saja, sifat multitasking saya berfungsi dengan baik sekali apabila keadaan hati saya sedang tidak terganggu.
Saya, perempuan, tidak remaja lagi
memang, namun juga masih jauh sekali dari kata tua. Sebagai perempuan
yang belum menikah, saya terkadang berpikir mengenai konsep “memilih”
dan “dipilih” yang tentu saja posisi “memilih” ada pada si pria,
sedangkan “dipilih” ada pada si wanita. Lebih lanjut lagi ada yang
mengatakan kalau pria menang “milih” dan wanita menang “nolak”.
Menarik!
Karena jujur saja saya yang berdarah Dayak ini memang gengsian jadi kecil kemungkinan saya untuk maju
duluan, tapi percayalah, kalau ada yang bisa membuat saya bersikap
manis, berarti lampu hijau sudah sudah dinyalakan, ehm… #kode.
Baiklah. Saya belum dapat menemukan
darimana doktrin itu timbul tapi yang pasti berdasarkan referensi
film-film asing terutama di Jepang dan Korea yang saya tonton, doktrin
itu mutlak tidak berlaku di negara mereka. Para gadis disana berhak
menentukan pilihan, dapat menyatakan perasaannya duluan, dan tidak perlu
menyanyikan lagu “Vierra” yang berjudul “Terlalu Lama” sebagai strategi
“menembak” secara tidak langsung. Lantas bagaimana berdasarkan Islam?
Apakah memang perempuan tidak berhak untuk menyatakan duluan
ketertarikannya terhadap seorang lelaki pujaan hatinya?
Entah darimana datangnya tiba-tiba saya
tertarik untuk membaca kisah bagaimana Nabi Muhammad dapat menikah
dengan Siti Khadijah. Mungkin banyak yang melewatkan bagaimana hal
tersebut bisa terjadi. Ok, saya agak sedikit mendongeng .
Siti Khadijah merupakan wanita yang kaya
raya dan sepeninggal suami keduanya Siti Khadijah menjadi incaran para
pemuka Quraisy. Namun, semuanya ia tolak, sebab yang mereka kehendaki
hanya kekayaannya bukan dirinya. Setelah mengenal Nabi Muhammad, Ia
merasa telah menemukan kepribadian mulia yang tidak mudah tergiur oleh
harta maupun kecantikannya. Setelah itu dia menceritakan kepada sahabat
karibnya Nafisah binti Munabbih mengenai keinginannya untuk menikah
dengan Muhammad, karena hatinya telah yakin. “Nafisah, lakukan apa yang
kamu mampu, agar aku bisa menikah dengan Muhammad,” kata Khadijah
kemudian. Setelah itu Nafisah pergi menemui Nabi Muhammad. Setelah
beliau mengetahui bahwa yang mengutarakan keinginannya untuk menikah
dengannya adalah Siti Khadijah seorang wanita yang mulia dan luhur budi
pekertinya, Nabi Muhammad-pun mengatakan bersedia untuk menikah dengan
Siti Khadijah. Nafisah segera memberitahu kabar gembira itu kepada Siti
Khadijah yang kemudian langsung meminta Nabi Muhammad untuk menyampaikan
kepada paman-pamannya agar mau melamarnya.
Kisah lain adalah kisah cinta Putri
Syu’aib dengan Nabi Musa. Dimana putri Syu’aib tersebut meminta ayahnya
untuk menjadikan Nabi Musa menantunya. Kisah cinta dan asmara putri
Syu’aib dengan Nabi Musa ini terabadikan dalam Al-Qur’an, surat
Al-Qashash ayat 23-27.
See? Bisa kalian lihat bahwa
sebenarnya tidak ada perbedaan gender mengenai siapa yang dapat
menyatakan ketertarikannya terlebih dahulu, walaupun saya juga memahami
kalau hal tersebut bukanlah menjadi kebiasaan di Negeri kita ini (jujur
saja, termasuk saya) hahahaa… Kita mungkin tidak perlu mengutarakannya
secara langsung, tetapi melalui perantara, entah keluarga atau sahabat
terdekat kita.
And girls, menyatakan
ketertarikan bukan berarti anda harus mengemis cinta. Hei, anda
perempuan, dimana kesuksesan seorang laki-laki juga berada di tangan
kalian, jangan pernah menurunkan harga diri kalian hanya untuk mengemis
cinta, karena seseorang yang tepat untuk anda bukanlah seseorang yang
membuat anda menangis untuk mendapatkan cintanya. Ini hanya salah satu
opsi untuk menjemput jodoh kalian, kalau pada saat berkenalan pria itu
sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan pada anda. Lupakan! Yakinlah,
cinta yang sesungguhnya baru akan datang setelah kalian benar-benar
bertemu dengan jodoh kalian. (Weittss… sepertinya omongan saya semakin berat!)
Perlu diingat, sebelum kalian menyatakan
ketertarikan kalian dengan seorang laki-laki, sebaiknya kalian
memperhatikan kriteria pendamping hidup kalian (jika ingin segera
menikah tentunya). Karena yang sekedar memilih pacar, tentu berbeda
halnya dengan memilih pendamping hidup. Buat apa kalian buang-buang
energi dengan seseorang yang tidak pantas untuk kalian? Well,
saya tidak akan membahas kriteria mengenai kekasih sejati atau
pendamping hidup yang ideal tersebut dalam postingan saya kali ini,
karena saya yakin sebelumnya sudah banyak yang membahas hal tersebut. Better you try to find it in Mr. Google! Kalian akan menemukan berbagai referensi mengenai itu.
Tapi kata-kata berikut ini menurut saya cukup untuk menggambarkan seperti apa kekasih sejati itu:
“Kekasih sejatimu adalah orang yang cemburu jika kamu berbuat salah,Berbicara lantang mana kala anda berlaku tidak baik,Bergembira jika anda melakukan setiap amal utama,Bersedih jika anda mengurangi dan tak lagi melakukannya.” (Abu Utsman at-Tajibi)